A. Pengertian
Bruxism
adalah kondisi dimana seseorang
seringkali menggemeretakkan, menekan, atau menggesekkan giginya ke atas dan ke
bawah maupun ke kanan dan ke kiri secara tidak sadar. Bruxism tahap awal tidak
membutuhkan pengobatan khusus, namun jika bruxism sudah menjadi kebiasaan, hal
itu bisa menimbulkan dampak yang lebih besar, seperti kerusakan gigi, sakit
kepala, gangguan pada rahang, dan masalah lainnya.
Pada banyak kasus, bruxism terjadi
secara spontan saat seseorang sedang berkonsentrasi, sedang merasa cemas, atau
sedang mengalami stres yang berlebihan. Hampir 80 persen kebiasaan bruxism
terjadi pada malam hari saat seseorang sedang tidur. Kebiasaan seseorang
menggemeretakkan dan menggesekkan gigi secara tidak sadar pada malam hari
(sleep bruxism) sering dikaitkan dengan gangguan tidur.
Umumnya, orang yang memiliki
kebiasaan sleep bruxism juga memiliki kebiasaan lain yang berkaitan dengan
gangguan tidur, seperti mendengkur atau henti nafas sejenak pada saat tidur (sleep
apnea).
B. Bruxism pada anak-anak
Bruxism juga sering terjadi pada
anak-anak ketika pertama kali mereka tumbuh gigi. Kebiasaan bruxism akan
terulang ketika mereka mulai memiliki gigi permanen. Kebiasaan itu biasanya
akan berhenti saat mereka memasuki masa remaja. Sama seperti orang dewasa,
bruxism pada anak-anak biasanya terjadi karena stres, misalnya saat akan
menghadapi ujian sekolah.
Di samping faktor psikologis,
bruxism pada anak-anak juga terjadi karena pengaruh penyakit lain, seperti kekurangan
gizi, alergi, gangguan cacing kremi, dan gangguan endokrin. Pengawasan dan
perhatian penuh dari orang tua untuk membantu meredakan bruxism pada anak.
C. Penyebab bruxism
Bruxism tidak terjadi setiap saat,
melainkan muncul saat seseorang sedang dalam kondisi tertentu, misalnya saat
dalam tekanan besar. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti hal-hal apa
saja yang menjadi penyebab bruxism. Namun, ada beberapa faktor fisik dan
psikologis yang bisa menjadi pemicu terjadinya bruxism, di antaranya:
1. Cemas, stres, marah, frustrasi, atau
tegang.
2. Ciri kepribadian yang agresif,
kompetitif, atau hiperaktif.
3. Gangguan tidur (contohnya insomnia
dan sleep apnea).
4. Susunan gigi yang kurang rata antara
bagian atas dan bagian bawah.
5. Resepon terhadap nyeri akibat tumbuh
gigi atau sakit telinga (hal ini biasanya terjadi pada anak-anak).
6. Efek samping obat-obatan phenothiazine
dan beberapa obat antidepresan tertentu (hal ini jarang terjadi).
7. Asam lambung naik ke kerongkongan (Gastroesophageal
reflux disease/GERD).
8. Gaya hidup tidak sehat, seperti
merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan narkoba.
D. Gejala bruxism
Bruxism bisa menimbulkan dampak
serius jika dibiarkan begitu saja. Dianjurkan untuk menemui dokter jika Anda
atau anak Anda mengalami gejala-gejala seperti di bawah ini:
1. Sakit rahang
2. Sakit telinga
3. Sakit kepala
4. Gangguan makan
5. Insomnia (susah tidur)
6. Gigi menjadi lebih sensitive
7. Enamel gigi mengaus
8. Gigi retak dan terasa longgar
9. Muncul lekukan-lekukan di lidah
10. Mengeluarkan suara yang mengganggu
tidur
11. Kesulitan membuka mulut
E. Pencegahan bruxism
Ada beberapa langkah yang bisa
ditempuh untuk mencegah bruxism, di antaranya:
1. Hindari alkohol.
2. Hindari minuman yang mengandung
banyak kafein seperti kopi dan cokelat.
3. Hindari minuman bersoda.
4. Jauhkan diri dari kebiasaan
menggigit-gigit pensil atau pulpen.
5. Kurangi kebiasaan makan permen
karet.
6. Lemaskan rahang sebelum tidur dengan
cara meletakkan handuk hangat di bagian pipi dan telinga setiap hari.
7. Berlatihlah untuk mengurangi bruxism
dengan cara menjepitkan ujung lidah di antara gigi atas dan gigi bawah.
8. Jika bruxism berkaitan dengan
gangguan tidur, mulailah memperbaiki pola tidur sehari-hari.
9. Lakukan pemeriksaan ke dokter gigi
secara berkala jika merasakan gejala-gejala bruxism.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar